Penulis : Nur K.
Tahun Terbit : 2019
Penerbit : Semesta Hikmah Publishing
Jumlah Halaman : viii+200 halaman
Nomor ISBN : 978-623-7076-09-4
Dalam kebenaran dan kebaikan, kita bisa meniru Rasulullah dalam bergaul. Beliau selalu cara kesantunan, kiranya. Beliau juga selalu menekankan cara bijak, bukan cara yang keras yang mengakibatkan mereka menjauh. Apa yang dilakukan Rasulullah semata-mata ingin mengajarkan kepada kita untuk selalu husnuzhan. Bahwasanya, orang yang berbuat buruk, lebih disebabkan oleh dirinya sedang “dikalahkan” oleh hawa nafsunya. Bisa jadi ketika dia sudah tercapai, ia akan menjadi orang yang lebih baik daripada kita di hadapan Allah SWT.
Salah satu kisah dalam buku ini berjudul “Suapan Hangat Rasulullah kepad Pengemis Tua”. Di pasar Madinah terdapat seorang pengemis Yahudi mata buta dan seluruh tubuhnya sudah terlihat renta Setiap hari, ia mengomel sendiri, mengatakan kepada semua orang yang lewat bahwa Muhammad adalah pembohong Muhammad tukang tipu, dan lain-lain. “Wahai saudaraku, jangan kau dekati Muhammad. Dia gila, pembohong, tukang sihir. mendekatinya, jika kalian akan merusaknya” begitulah kira-kira umpatnya. Meskipun demikian hal itu, Rasulullah malah sebaliknya iba kepadanya. Setiap pagi, beliau pergi ke ujung pasar dan membawakan makanan untuk pengemis buta itu. Rasulullah 3 kemudian menyuapinya, meskipun selalu mendapat wejangan agar tidak mendekati Muhammad. Singkat cerita, setelah Rasulullah SAW. wafat, tidak ada lag orang yang menyuapi pengemis buta itu. Kebiasaan Rasulullan terdengar oleh Abu Bakar, dari putrinya, Aisyah. Abu Bakar kemudian menjalankan kebiasaan Rasulullah itu dan memberi makanan kepada si pengemis buta. Tapi, pengemis buta itu malah membentak. “Siapa kau?” kata pengemis buta itu dengan nada tinggi. “Aku orang yang biasa menyuapimu,” jawab Abu Bakar. “Bukan, kau bukan orang yang biasa mendatangiku. Jika dia datang kepadaku, susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Dia selalu menyuapiku dengan terlebih dulu dia haluskan makanan itu dengan kemudian diberikan kepadaku,” kata pengemis buta itu. Mendengar kata-kata itu, Abu Bakar tidak tahan menahan tangis. Akhirnya dia menangis di depan pengemis buta itu. “Aku memang bukan orang yang biasa datang. Orang yang mulia itu, yang biasa menyuapimu telah tiada. Dia adalah Muhammad Rasulullah ” kata Abu Bakar sambil terisak. dengan membawa makanan setiap pagi. Dia begitu mulia.” Si pengemis buta pun menangis dan berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dan dia tidak pernah memarahiku buku itu. Dia mendatangiku Usai berkata demikian, pengemis buta itu bersyahadat di hadapan Abu Bakar. Begitu murahnya perhatian Rasulullah 33 kepada orang yang tidak mampu, memandang orang itu telah memusuhinya, sama sekali beliau tidak dendam dan pamrih sedikit pun. Terlepas dari apa kedudukan hadits ini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa setiap perbuatan yang kurang menyenangkan, yang kita dapatkan dari orang lain, bukan alasan bagi kita untuk memusuhi orang tersebut. Nabi Muhammad SAW. telah memberikan contoh kepada kita, bagaimana caranya bersedekah dengan ikhlas dan hati yang tulus kepada seseorang, meskipun itu adalah orang yang kita, ataupun seorang non-muslim. Dari cerita di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah nabi yang berhati mulia dan suka menolong dengan tidak melihat latar belakang suku, ras, dan agama, atau apapun golongan tertentu, serta tidak menuntut balas jasa. Benci.
Kisah lain dalam buku ini adalah “Siapakah Calon Penghuni Surga itu?”. Seperti biasa, Rasulullah dan para sahabatnya duduk bersama di depan masjid. Ketika mereka sedang asyik bercengkerama, tiba-tiba Rasulullah bersabda, “Orang yang akan lewat nanti adalah calon penghuni surga! singkat yang terucap dari bibir Rasulullah 3 itu tentu saja membuat para sahabat penasaran. Siapa gerangan penghuni surga kemudian? seorang lelaki yang berpakaian sederhana lewat di depan masjid sambil menenteng terompahnya. Lelaki ini tampak biasa saja. Penampilannya bahkan bisa dibilang sangat sederhana. Keesokan harinya, Rasulullah dan para sahabatnya sedang duduk di depan masjid sambil bercakap-cakap seperti biasa. tiba beliau kembali berkata, “Orang yang lewat nanti adalah calon penghuni surga.” Para sahabat pun kembali penasaran sambil melongok ke kanan ke kiri: Siapa gerangan orang yang beruntung itu? Lagi-lagi lelaki yang lewat di depan Rasulullah dan para Hingga akhirnya, Abdullah bin Amr berpamitan kepada lekiki tersebut dan pulang ke rumahnya. Saat di masjid, ia menilai apa kelebihan lelaki itu sehingga ia masuk surga seperti yang dikatakan oleh Nabi ? Sedangkan salatnya seperti salat para sahabat, tak lebih. Salat sunah juga dalam takaran yang biasa, salat sunah Qabliyah dan salat Ba’diyah wajib, tak lebih. Hingga akhirnya, Abdullah bin Amr tak tahan untuk menanyakan masalah tersebut kepada Nabi . “Wahai Nabi, apakah kelebihan orang ini sehingga bisa masuk surga, sedangkan ibadahnya saya lihat biase biasa saja?” Nabi SAW. pun tersenyum seraya berkata, “Orang ini tidak menyimpan dendam dalam hati, tidak pula membenci kepada orang lain. Hatinya bersih dari noda hawa dan nafsu amarah, iri hati, dendam, dan hasad. Hati yang bersih itulah yang mengantarkannya masuk ke surga. ” Mahasuci Allah yang mengangkat derajat orang-orang yang berhati bersih.
Buku ini sangat cocok dan menarik untuk dibaca berbagi kalangan baik dari anak muda sampai orang dewasa. Buku ini ditulis dengan bahsa yang sederhana. Judul dari setiap bab dari buku ini sangat menarik dan membuat rasa penasaan bagi pembacanya. Buku ini berisi tentang kumpulan kisah kearifan Nabi SAW. dan salafus saleh yang menyejukkan hati, yang dari kisah-kisah tersebut kita bisa mengambil berbagai hikmah.