Kiat Cerdas Meraih Istiqomah
Penulis : Hasyim bin Abdullah Asy-syu’ail
Tahun Terbit : 2005
Penerbit : La Raiba Bima Ananta
Jumlah Halaman : 81 halaman
Istiqomah adalah sebuah keutamaan yang besar dalam ajaran Islam. Sedemikian besarnya sehingga Allah SWT menganugerahkan penghargaan spesial kepada mereka yang istiqomah titik dalam Q,S Fushilat ayat 30 yang artinya : “ sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka Istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), janganlah kamu merasa takut dan merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”
Memang sekilas terkesan sederhana bahwa orang yang mengatakan Tuhanku adalah Allah kemudian ia beristiqomah maka dia akan terbebas dari rasa takut dan rasa sedih. Representasi hakiki dari tiada rasa takutnya dan sedih itu adalah surga, sebuah negeri kedamaian yang abadi. Teman-teman semua pasti sama halnya dengan semua umat Islam di seluruh dunia ini menginginkan supaya kita semua masuk ke dalam surga Allah SWT. Lalu? Apakah memang semudah itu? apakah anugrah yang sedemikian besar bisa dicapai dengan pernyataan yang terkesan sederhana itu? Teman-teman semua kita semua mengetahui bahwa dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang berharga namun bernilai murah. Demikian pula untuk menggapai ketentraman hidup yang nantinya berpuncak di surga tentu juga nilai ini tidaklah murah. Meskipun yang mahal itu tampak demikian sederhana dan banyak orang menganggap diri mereka sanggup melakukannya namun pada kenyataannya tidak demikian. Pernyataan di atas mensyaratkan tertanamnya sebuah keistiqomahan untuk meraih nilai yang demikian tinggi dan berharga. Istiqomahlah yang menjadikan kalimat Tuhan kami adalah Allah tidak sekedar pernyataan yang dengan mudah meluncur dari lisan kita, Istiqomah mensyaratkan pemahaman menepatinya dengan menuntaskan segala konsekuensinya kemudian berkomitmen untuk mempertahankan ketulusan dari segala bentuk noda kecil apapun yang akan mengotorinya.
Dalam buku ini ini dijelaskan bahwa ada dua penafsiran dari istiqomah. Yang pertama adalah istiqomah dalam ketaatan dan yang kedua adalah meninggalkan perbuatan syirik. Jadi Istiqomah ialah segala perbuatan dan perkataan manusia yang sesuai dengan apa yang terkandung dalam Alquran dan as-sunnah. Kalau dianalogikan ketika kita melihat seseorang yang berpegang teguh dengan agamanya, menjaga dan memperhatikan perintah-perintahnya maka mereka akan mengatakan kepada orang tersebut bahwa dia itu adalah “Mustaqim” orang yang istiqomah. Teman-teman semuanya, jadi dimana posisi kita sekarang ? Apakah kita sudah beristiqomah? Apakah kita sudah mengambil langkah menuju Istiqomah? Apakah kita sudah memiliki niat untuk Istiqomah? Dimanakah posisi kita? Ternyata secara mengejutkan buku ini ini memberikan kita beberapa pertanyaan-pertanyaan yang terdiri dari beberapa golongan yang di mana posisi kita yang sekarang yang akan bisa kita lihat setelah kita menjawab semua pertanyaan dan membaca bagian terakhir dari bagian buku ini. Luar biasa sekali bukan, dengan cara ini ini setidaknya kita bisa mengetahui dimana posisi kita, Apa yang harus kita lakukan sekarang, Apa yang harus kita lakukan dalam jangka panjang, dan apa pula yang harus kita hindari untuk mencapai Istiqomah.
Lalu setelah itu, kita sampai di bagian apa saja persiapan yang perlu kita lakukan sebelum menempuh perjalanan Istiqomah ini. Persiapan pertama adalah kita harus memiliki keinginan yang tulus untuk menempuh perjalanan ini. Yang kedua adalah kita harus memenangkan hati kita dan membersihkan hati kita supaya hanya kepada Allah kita bergantung dari hati kita ini. Persiapan yang ketiga kita harus menyiapkan niat kita niat Dari batin kita, dari hati kita, untuk bertawakal dan beristiqomah kepada Allah SWT. Kemudian setelah menyiapkan bekal kita ada dua jalan dalam kita menempuh Istiqomah. Jalan pertama adalah pemutusan total, dalam artian bahwa kita memutuskan apapun yang berhubungan dengan setan. Jalan ini ini adalah jalan yang yang berat karena kalau kita analogikan kembali dengan permisalan bahwa bagian tubuh kita ada yang rusak dan kalau itu tidak dibuang maka akan merusak seluruh tubuh kita. Bagian yang beratnya adalah kita tahu bahwa ketika bagian itu dibuang secara langsung akan merasakan sakit yang sangat luar biasa dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Hal ini akan berpengaruh kepada niatan kita untuk Istiqomah karena ketika kita merasakan sakit yang sangat luar biasa bisa saja setan kembali muncul untuk menggoda kita mengundurkan niat kita dalam beristiqomah. Kemudian jalan yang kedua adalah dengan berangsur-angsur analoginya adalah kita punya penyakit dalam tubuh kita yang parah namun kita menemukan obat untuk mengobatinya secara perlahan dan suatu saat itu akan menyembuhkan kita. Mungkin ini adalah jalan yang disarankan oleh buku ini kepada kita semua karena jalan ini terkesan lebih mudah dan rasa sakitnya tidak seperti di jalan yang pertama karena kita tidak membuang bagian tubuh kita namun kita mengobatinya.
Kekurangan dari buku ini adalah ada beberapa kata yang yang tidak sesuai dengan EYD dan beberapa perumpamaan yang digunakan dalam buku ini tidak relevan dengan isinya. Tapi terlepas dari kekurangan tersebut banyak sekali kelebihan-kelebihan dari buku ini. Kelebihan dari buku ini adalah penyampaian pemikiran dari penulis yang sangat mengesankan analogi analogi yang disuguhkan menarik pembaca, dan kalimat kalimat yang digunakan dalam buku ini ini tidak susah untuk dicerna bahkan orang awam pun bisa mengetahui dengan jelas apa tujuan dari kalimat yang ditulis dalam buku ini. Teman-teman semuanya, buku ini membantu kita untuk melihat di mana kita sekarang yang dalam perjalanan Istiqomah kita dalam hidup yang telah kita lalui selama ini. Harapannya adalah semoga teman-teman semua yang membaca review ini maupun yang membaca bukunya langsung bisa mendapatkan manfaat dari buku ini.